Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan pergeseran yang sangat nyata dalam kaitan pangan dan kesehatan terutama titik balik antara kebutuhan tingkat kenyamanan dan kesehatan.
Hasil pemurnian komponen pangan tertentu menyebabkan kehilangan keseimbangan komposisi pangan antara zat gizi dan non gizi alami dalam komponen diet manusia moderen. Zat non gizi tetapi menentukan tingkat manfaat kesehatan (fungsionalitas) seperti serat pangan telah dikenal lebih baik pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Selain itu senyawa antigizi seperti tannin yang mengkelat mineral logam memiliki potensi kesehatan sebagai sumber antioksidan. Hal-hal kontradiksi seperti ini menunjukkan pentingnya kajian multidisiplin dan penetapan ketentuan batas aman yang masih secara efektif menyehatkan. Oleh karena itu, terjadinya dialog di antara pemangku kepentingan sangat penting artinya agar diperoleh kelengkapan kajian yang lebih baik. Terlebih lagi masalah keragaman alamiah baik manusia pengkonsumsi pangan dan proses produksi pangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kunci yang meliputi genetik, lingkungan, proses pengolahan dan penyimpanan. Keterlibatan akademisi, praktisi, masyarakat pengguna, pelaku industri, dan masyarakat pemerhati pada umumnya akan mampu memberikan kontribusi yang komprehensif. Selaras dengan itu kajian komponen nutrasetika akan saling melengkapi dalam mengarahkan pangan menjadi sarana utama kesehatan.
Mengenali peran penting dari komunikasi antar pemangku kepentingan tersebut dalam mengupayakan kesejahteraan yang meliputi antara lain pangan dan kesehatan, maka dinilai perlu untuk menghimpun para penggiat untuk semakin memasyarakatkan makanan fungsional dalam berbagai alternatif bentuk produk pangan serta memberi arah perkembangannya demi kemaslahatan manusia pada umumnya.