Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia semakin meningkat pertumbuhannya. Laporan dari The World Bank menunjukkan bahwa pada tahun 1995 angka prevalensi Penyakit Menular (PM) lebih tinggi dibandingkan PTM, namun pada tahun 2001 dan selanjutnya, angka prevalensi PTM jauh melampaui jumlah prevalensi PM. Sedangkan berdasarkan data Riskesdas (2013), telah terjadi peningkatan prevalensi beberapa penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, kanker, stroke, obesitas, dll. WHO memperkirakan PTM menyebabkan 56 % dari semua kematian dan 44 % dari beban penyakit dalam negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Tingginya kasus PTM sangat berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat, menurunnya produktivitas, meningkatnya biaya perawatan kesehatan, sehingga mengakibatkan turunnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya daya saing dan sebagainya. PTM ini sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup seperti pola makan yang buruk yaitu makanan tinggi energi dan lemak, namun kurang serat serta pola hidup yang buruk misalnya kurang olahraga dan kurangnya istirahat.
Pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat agar mengkonsumsi makanan beragam, bergizi seimbang akan memberikan dampak sangat bermakna bagi penurunan beban PTM di masa mendatang. Pangan fungsional dan nutrasetikal diyakini dapat mencegah penyakit dan dapat juga digunakan sebagai ko-terapi berbagai penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular. Pangan fungsional adalah “pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu di luar fungsi dasarnya, terbukti tidak membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan” (Perka BPOM HK.03.1.23.11.11.09909, 2011). Pangan fungsional dapat berupa makanan dan minuman yang berasal dari hewani atau nabati. Walaupun konsep pangan fungsional baru populer beberapa tahun belakangan ini, tetapi sesungguhnya banyak jenis makanan tradisional yang memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai pangan fungsional.
Tantangan yang dihadapi pangan (tidak hanya makanan tetapi juga minuman) tradisional untuk tetap eksis dan bermartabat di mata masyarakat Indonesia sangatlah besar. Semakin banyaknya restoran cepat saji membuat pangan tradisional semakin terpinggirkan. Bahkan, sebagian besar masyarakat terutama generasi muda memandang pangan tradisional sebagai pangan “kampungan” dan lebih memilih makanan cepat saji yang semakin menjamur di Indonesia. Di pihak lain, makanan cepat saji sangat kurang akan manfaat untuk kesehatan tubuh, bahkan cenderung merugikan kesehatan. Ketidak-seimbangan komposisi gizi dan ingredien fungsional makanan ini memiliki peran besar dalam munculnya penyakit degeneratif atau PTM. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi tentang peran penting pangan tradisional sebagai sumber asupan yang lebih mampu menunjang kesehatan tubuh,. Diharapkan dengan memahami keunggulan pangan tradisional yang termasuk di dalamnya dapat berperan sebagai pangan fungsional, maka masyarakat akan mengubah pola konsumsinya dari pangan kurang sehat ke pangan yang lebih sehat.
Mengingat pentingnya peran pangan fungsional dan nutrasetikal dalam mengatasi berbagai penyakit dan melihat kecenderungan saat ini telah terjadi peningkatan konsumsi pangan fungsional yang disertai dengan ketertarikan peneliti untuk melakukan riset di bidang ini, maka perlu adanya wadah berupa perhimpunan yang menaungi peneliti, pemerhati, dan penggiat pangan fungsional. Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) merupakan organisasi profesi yang baru dibentuk dan ditujukan untuk mewadahi berbagai kegiatan di bidang pangan fungsional dan nutrasetikal.
Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) juga mengembangkan kontribusinya di kancah internasional bersama dengan International Society for Nutraceutical and Functional Food (ISNFF). Secara internasional terdapat klaster ISNFF seperti di Korea dan China. Untuk kepentingan percaturan internasional P3FNI menggunakan nama Indonesian Society for Functional Food and Nutraceutical (ISFFN). Keterlibatan P3FNI atau ISFFN ini memberi manfaat anggotanya untuk memberikan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengikuti pemutakhiran pangan fungsional dan nutrasetikal. Bersosialisasi dan berkesempatan dalam pertemuan ilmiah bersama penggiat pangan fungsional dan nutrasetikal dari berbagai Negara untuk terus-menerus mengarah pada optimalisasi penggunaan pangan untuk kesejahteraan manusia secara bijaksana dan menjaga kelestariannya.
Pada tanggal 12 Desember 2015 dilakukan kick off P3FNI di Hotel Santika Premiere, Jogjakarta. Kick off dilaksanakan bersamaan dengan seminar nasional dengan tema “Tantangan Makanan Traditional sebagai Pangan Fungsional dan Nurtisetial”. Pada seminar ini Dr. Apriyantono dan Prof. Chin Kun Wang menjadi pembicara kunci masing-masing memaparkan presentasi tentang Physiological properties of rice in Human health dan Current trend of functional food in Asia. Kehadiran Prof. Chin Kun Wang merupakan bagian dari pengembangan P3FNI menjadi bagian dari International Society of Functional Food and Nutraceutical (ISFFN). Selain itu juga ada empat orang pembicara tamu diantaranya, Prof. Dr. C . Hanny Wijaya, Prof. Dr. Eni Harmanyani, Ardianyah Ph.D dan Prof. Dr. Y. Marsono. Seminar ini diikuti oleh 100 perserta dan undangan yang terdiri dari peneliti, dosen, mahasiswa, praktisi, industry, pemerhati dan penentu kebijakan. Makalah yang masuk kepanitia sebanyak 44 makalah terdiri dari 6 makalah utama, dan 38 malakah oral dan poster.
Suksesnya kegiatan kick off P3FNI dan seminar nasional ini didukung oleh Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Widya Mandala dan Universitas Bakrie.
Mohon admin berkenan mengunggah materi-materi dari penyelenggaraan International Conference kerjasama Hi-South East kerjasama P3FNI dengan UBM di JIE beberapa waktu lalu.