Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, tahun ini memiliki warna khusus kaitannya dengan berlangsungnya pandemi di seluruh dunia. Kesadaran akan kesehatan di segala sisi termasuk konsumsi pangan memberikan arah baru untuk berbagai industri. Makan tidak lagi hanya untuk sekedar mencari “kenyang” atau “enak” tapi kebutuhan akan pangan sehat semakin meningkat. Pangan dan kesehatan merupakan poin penting dalam kesejahteraan manusia. Dan di masa pandemi ini, terobosan di bidang pangan untuk kesehatan komunitas yang lebih baik menjadi lebih penting untuk ketahanan pangan. Demikian dikatakan oleh Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional Indonesia (P3FNI), Prof. C. Hanny Wijaya pada pidato pembukaan the 6th International Virtual Seminar (IVS) 2021 yang bertemakan “Traditional Roots of Functional Food and Nutraceuticals to Serve Human Wellbeing”. Prof. Hanny menambahkan bahwa sumber daya lokal dan kebijakan pangan tradisional dapat menjadi akar untuk terobosan baru di bidang pangan untuk kesehatan ini.


Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan berpotensi membawa sumber daya lokal dan kebijaksanaan pangan tradisional untuk terobosan baru dan perkembangan industri pangan fungsional. Senada, Ibu Yunawati Gandasasmita, perwakilan Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan juga Head of Innovation Development Center Kalbe Nutritionals (PT Sanghiang Perkasa), memaparkan potensi perkembangan industri pangan fungsional terkait preferensi konsumen di masa pandemi COVID-19. Beliau juga menekankan pentingnya mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan fungsi kesehatan dalam produk pangan untuk industri.
Diskusi mengenai regulasi pangan fungsional dan nutrasetikal, serta paparan mengenai riset-riset terkait teknologi dan budaya pangan fungsional dan nutrasetikal digelar dalam pesta akademik the International Virtual Seminar 2021 pada tanggal 16 Oktober yang diselenggarakan oleh P3FNI. Mengundang pembicara kunci dari Jepang, Taiwan, Amerika, dan diramaikan dengan 50 paparan presentasi dari Indonesia, Columbia, Nigeria, Jepang serta ratusan peserta dari akademisi, industri, dan pemerintah.



